Sebagai kue warisan turun temurun orang melayu, sebenarnya sudah tidak asing lagi di tanah melayu khususnya di Tanjungpinang dan bintan dan Kepulauan Riau secara umum maupun disemenanjung melayu. Tersebab perubahan dan perkembangan zaman yang begitu menglobal kue ini hanya muncul disaat saat lebaran saja, bahkan sebahagian masyarakat melayu hampir sudah tidak mengenal bagaimana kue batang buruk ini bentuknya.
Dibebarapa tempat masyarakat rumpun Melayu kue ini masih bertahan, tapi sifatnya lebih banyak untuk kosumsi sendiri, sedikit sekali dipasarkan ke khalayak umum karena kue ini termasuk dari sekian banyak kue-kue melayu yang memerlukan ketekunan dan kesabaran membuatnya.
Di dapoer melayoe, Batang buruk ini adalah kue utama sebagai oleh oleh kota tanjungpinang dan kepulauan riau setelah bilis gulung. Yang terus menerus kite perkenalkan kemasyarakat ramai dalam segala lapisan yang kami mulai dari kota tanjungpinang secara khusus dan Kepulauan Riau secara umum, Kemudian kami juga memperkenalkan ke tingkat nasional baik melalui pameran maupun melalui internet ( dunia maya ) kepenjuru dunia. Berbagai kesempatan kami mencoba memperkenalkan dengan slogan “ BIAR PECAH DIMULUT JANGAN PECAH DITANGAN.”
Sebagai khazanah kekayaan bangsa maka kami dari dapoer melayoe mencoba mengangkat kue ini kembali agar dapat dikenal secara luas dan menjadi kebanggaan kita. , sehingga kita mencoba merevital kan kembali bahwa batang buruk adalah kue tradisional yang punya sejarah panjang asal muasalnya.
Asal Muasal kue Batang Buruk.
Menurut cerita dari mulut ke mulut, Wan Sinari, putri pertama Baginda Raja Tua yang memerintah di kerajaan Bintan pada waktu itu, jatuh hati pada seorang Panglima Muda Bintan yang terkenal gagah berani bernama Raja Andak Raja Laksamana. Sayang, Wan Sinari bertepuk sebelah tangan. Karena, cinta dan kasihnya terlebih dahulu terpaut pada Wan Inta, adik kandung Wan Sinari.
Dalam gundah gulana, tersebab paras lelaki yang diidamkan telah dimiliki oleh adik kandungnya, Wan Sinari menyibukkan diri di dapur dengan dayang-dayang istana. Tanpa sengaja membuat penganan yang kalau dimakan hanya boleh pecah di dalam mulut dan akan bertabur kalau pecah ditangan andaikan tergigit separuh dari penganan batang buruk itu.
Akhirnya, di dalam proses pembuatan penganan itu, Wan Sinari memohon kepada Baginda Raja Tua agar penganan tersebut dipersembahkan untuk para pembesar-pembesar kerajaan untuk dicicipi. Permintaan tersebut dikabulkan oleh ayahandanya tercinta bahwa dalam pemikiran beliau "kalau tidak berada tak kan tempua bersarang rendah” artinya bahwa keinginan dari Wan Inta pasti punya maksud tertentu yang baru akan terjawab bila sudah dilaksanakan.
Tiba pada waktu hidangan di sediakan, penganan Batang Buruk yang semula di perkirakan panjangnya lebih kurang panjangnya 2 inchi ( 5 cm) dengan diameter bulat 2 cm dihidangkan tak sedikit para pembesar dan tamu kerajaan malu ketika makan makan tersebut, karena lebih banyak menggigit sehingga membuat pecahaan tersebut mengotori baju para pembesar yang terpandang sebagi orang –orang dalam kalangan istana, hal ini berbeda dengan cara makan yang dilakukan oleh Laksamana Bintan “ Raja Andak Raja Laksamana” yang terkenal dengan strategi perang ketika menumpas para lanun di selat Bentan.
Filosofi '' Biar Pecah Dimulut Jangan Pecah Ditangan " menggambarkan bagaimana seorang bangsawan beretika yang baik ketika makan sehingga tatakrama dan adab sopan santun diajarkan dalam mencicipi penganan mencerminkan tingkah laku yang tergesa- gesa dan kurang berhati-hati dalam kata lain, Andaikan penganan tersebut berserak, mencerminkan betapa buruknya orang yang terpandang dalam perilaku kesehariannya.
Semenjak itulah, penganan tersebut dinamakan dengan nama Batang Buruk yang antara nama dan cita rasanya sangat berbeda sekali. Namanya buruk, tapi cita rasanya sangat tinggi membuat kita terperangah enaknya.
"Biar pecah di mulut, jangan pecah di tangan".
Tengah hari memukul beduk
beduk dipukul oleh cik atan
mari nikmati kue batang buruk
cita rasa tinggi menyehatkan badan.
Oleh : Teja Alhabd..
sebagai anak bintan yang merantau ke lain provinsi sejak kecil, baru ini lah kami tahu cerita asal muasal kuih batang buruk ini. terima kasih kami haturkan kepada penulis ini.
BalasHapusijin shared yah
BalasHapusIf you desire to obtain a good deal from this piece of writing then you have to apply these strategies to your won web site. sign in to gmail
BalasHapusWatch All kshows Asian Dramas, Where to Watch Dramacool Eng Sub Free Online Videos, Dramacool9x Official Websitelink,
BalasHapuskorean drama
nice information. Thanks for sharing and also check out Kinemaster Lite
BalasHapusAttractive component of the material. I just stumbled across your web site and accession capital to say that I really enjoyed your site. With just a few clicks, foreign nationals can apply for a visa on arrival Turkey from their home. Fill the form with accurate and complete information about the passenger's data.
BalasHapus
BalasHapusThe website is good and the stock is good. Thanks for all you do. apply for Indian visa online. It's too easy , fast and secure.It is called an electronic visa India system.
Hello sir, your website is good and your website layout is very good. If you are planning a trip, you can visit Turkey, , Why Turkey? i ' m telling you top 10 reasons to make Turkey your next trip. You can read on my own blog, When is the best season for visiting Turkey? For all the info about Turkey, you can visit my blog and read all
BalasHapusthe info.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusAs a legacy cake of the Malay people, the rich history and significance of Batang Buruk cake deserve to be documented in a formal report format. The report would explore its traditional roots in Tanjungpinang and Bintan, highlighting its cultural importance within the Malay community. Furthermore, it would delve into the challenges faced in preserving and marketing this delicacy to a wider audience. By adopting a formal report format, we can present a comprehensive analysis of Batang Buruk cake's journey, ensuring its recognition and appreciation as a treasured part of our nation's culinary heritage.
BalasHapus